Jumat, 27 Desember 2013

Laporan Workshop Membatik



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, merupakan hasil perpaduan antara seni dan teknologi para leluhur yang sangat tinggi nilainya. Batik merupakan citra ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia yang mencirikan kerumitan dan kerhalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan. Karena mempunyai seni tinggi, maka batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai batik yang betul-betul sempurna keindahannya, baik mengenai desain maupun proses pembuatannya (Ampri Helmy dan Mujiyono, 1992:61.
Seni tradisi yang mempunyai bentuk dan aspek visual yang unik dan menarik bagi siapa saja yang melihat batik akan terpesona oleh keindahan coretan motif-motif yang menghiasi kain yang ditorehkan dan ditata sedemikian rupa. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tingggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia di wilayah Jawa pada khususnya.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa definisi batik?
2.      Bagaimana sejarah batik?
3.      Bagaiman teknik membatik?
4.      Apa saja macam-macam motif batik?
5.      Apa saja alat dan bahan untuk membuat batik?
6.      Bagaimana langkah-langkah membatik?
7.      Bagaimana proses pewarnaan batik?
8.      Apa saja manfaat yang diperoleh dari workshop membatik?
C.       Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi batik.
2.      Untuk mengetahui sejarah batik.
3.      Untuk mengetahui teknik membatik.
4.      Untuk mengetahui macam-macam motif batik.
5.      Untuk mengetahui alat dan bahan untuk membuat batik.
6.      Untuk mengetahui langkah-langkah membatik.
7.      Untuk mengetahui proses pewarnaan batik.
8.      Untuk menjelaskan manfaat yang diperoleh pada waktu workshop membatik.










BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi.
Batik adalah karya seni yang cara penciptaannya melalui proses tutup dan celup. Proses tutup berarti menutup bagian kain yang dikehendaki menggunakan malam (= cairan lilin yang digunakan dalam membatik, biasanya berwarna coklat). Sedangkan proses celup berarti mewarnai kain batik dengan cara dicelup.
Beberapa macam batik secara umum :
  1. Batik Tradisional adalah karya batik yang dibuat dengan memperhatikan adat istiadat setempat.
  2. Batik Klasik adalah karya batik yang pernah mencapai puncak kejayaannya melalui proses ratusan tahun.
  3. Batik Modern adalah karya batik yang dibuat dengan sudah tidak memperhatikan lagi tata cara adat istiadat (bebas).
B.       Sejarah Batik
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit, Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
C.      Teknik Membatik
1.      Teknik Canting Tulis
Teknik canting tulis adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting (Jawa). Canting terbuat dari tembaga ringan dan berbentuk seperti teko kecil dengan corong di ujungnya. Canting berfungsi untuk menorehkan cairan malam pada sebagian pola. Saat kain dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan canting tulis disebut teknik membatik tradisional.
Sebagai alat untuk melukis batik, canting batik dibedakan menjadi beberapa macam, canting batik menurut fungsinya, canting menurut besar kecilnya cucuk, dan canting batik menurut banyaknya cucuk atau carat.
2.      Teknik Celup Ikat
Teknik celup ikat merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah diangkat dari larutan pewarna dan ikatan dibuka bagian yang diikat tidak terkena warna. Namun kini celup ikat tidak hanya dapat dilakukan dengan cara dicelup, tapi dapat juga dilakukan dengan cara disiram, disuntik, spray, dan lain-lain. Celup ikat menggunakan tali, benang, dan karet sebagai bahan penghambat atau perintang warna. Celup ikat dikenal dibeberapa daerah di Indonesia  dengan nama jumputan, tritik (Jawa Tengah dan Yogyakarta, Sasirangan (Banjarmasin), dan Pelangi (Palembang).
Umumnya teknik Celup ikat menggunakan bahan dasar teksil dari serat alam, seperti: katun, sutra, atau rayon. Selain itu, juga digunakan alat pendukung pembentuk motif, seperti: kerikil, kelereng, biji-bijian, kayu, plastic,dan jarum jahit.
Pewarna tekstil untuk Celup ikat menggunakan pewarna sintetik dengan pencelupan dingin. Zat pewarna sintetik ini dapat diklasifikasikan menjadi jenis pewarna langsung (rapid, procion, dan rhemazol). Alat untuk proses pewarnaan, antara lain: ember, spray bekas parfum, bekas botol air mineral dll. Ukuran dan jumlah alat-alat tersebut disesuaikan dengan jumlah dan jenis pewarna yang akan digunakan.
3.      Teknik Printing
Teknik printing atau cap merupakan cara pembuatan motif batik menggunakan canting cap. Canting cap merupakan ke pingan logam atau pelat berisi gambar yang agak menonjol. Per mukaan canting cap yang menonjol dicelupkan dalam cairan malam (lilin batik). Selanjutnya, canting cap dicapkan pada kain. Canting cap akan meninggalkan motif. Motif inilah yang disebut klise. Canting cap membuat proses pemalaman lebih cepat. Oleh karena itu, teknik printing dapat menghasilkan kain batik yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.
Berbeda dengan batik cap, batik sablon printing ini hanya satu sisi kain mori saja yang mengalami proses pewarnaan. Sehingga warna dari batik sablon printing ini relatif lebih mudah pudar. Kelebihan dari batik sablon printing adalah kecepatan dalam produksinya, karena sekali cetak satu warna hanya membutuhkan waktu 5 menit dengan hasil sesuai dengan ukuran plangkan yang digunakan. Selain itu motif batiknya juga bisa lebih detail. Teknik batik sablon printing umumnya digunakan oleh produsen batik untuk memenuhi seragam dalam jumlah yang cukup besar, sehingga biaya produksinya bisa lebih hemat.
4.      Teknik Colet
Batik Tulis Warna. Motif batik juga dapat dibuat dengan teknik colet. Motif yang dihasilkan dengan teknik ini tidak berupa klise. Teknik colet biasa disebut juga dengan teknik lukis, merupakan cara mewarnai pola batik dengan cara mengoleskan cat atau pewarna kain jenis tertentu pada pola batik dengan alat khusus atau kuas.  Hasil karya dari batik colet sangat di pengaruhi oleh cita rasa, kreatifitas dan ketelatenan (skill) maupun kombinasi warna dari pelukis batik ini. Ketika semakin kecil, rumit dan detil gambar(warna) yang di hasilkan oleh pelukis batik, dengan sendirinya akan semakin tinggi nilai seni dan nilai jual dari batik colet ini(jangan heran kalau anda melihat harga sebuah karya batik dengan harga yang begitu mencengangkan). 
D.      Macam-macam Motif Batik
1.         Batik Cuwiri
Batik Cuwiri merupakan motif batik yang menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk semekan dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini kebanyakan menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-kecil dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati.
cuwiri 300x219 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
Motif Batik Cuwiri
2.         Batik Kraton
Batik Kraton merupakana cikal bakal  dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.
Kraton Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
Motif Batik Kraton
3.         Batik Sekar Jagad
Motif Sekar Jagad adalah salah satu motif batik khas Indonesia. Motif ini mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” yang diambil dari bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.
batik sekar jagad Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
     Motif Batik Sekar Jagad
4.      Batik Pringgondani
Pringgondani sendiri merupakan  nama kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh sulur-suluran kecil yang diselingi dengan naga.
pringgondani 300x179 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
     Motif Batik Pringgondani
5.      Batik Kawung
Yang menjadi ciri khas dari  motif Kawung adalah berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu.
Kawung Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
Motif Batik Kawung
6.      Batik Sida Luhur
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.
 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
     Motif Batik Sida Luhur
7.      Batik Sida Asih
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Makna dari motif Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.
Motif Batik Sido Asih 300x172 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
       Motif Batik Sido Asih
8.      Batik Semen Rama
Penjelasan :  dimaknai sebagai penggambaran dari “kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan megamendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
Semen Rama Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
Motif Batik Semen Rama
9.      Batik Sida Mukti
Sida Mukti merupakan motif batik yang biasanya terbuat dari zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai kain dalam upacara perkawinan. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah gurda. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Sido Mukti Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
     Motif Batik Sido Mukti
10.  Batik Tambal
Tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.
Tambal Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik
    Motif Batik Tambal
E.       Alat dan Bahan Membuat Batik
Berikut ini adalah bahan untuk membuat batik:
1.         Kain Putih / Mori
Pada awal kemunculannya, yang digunakan sebagai bahan batik adalah kain hasil tenunan sendiri.  Kemudian sejak sekitar abad ke-19 mulai digunakan kain putih impor. sekarang ini dapat dengan mudah mendapatkan kain putih dengan harga terjangkau. Jenis kain yang dapat digunakan pun beraneka ragam, dari jenis kain mori sampai jenis sutera. Ukuran pun tidak harus lebar, cukup dengan ukuran kecil.
Bahan baku yang biasa digunakan untuk batik adalah Mori. Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam, dan  jenisnya sangat menentukan baik buruknya mutu batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan sesuai dengan panjang pendeknya kain yang dikehendaki. Ukuran panjang pendeknya. mori biasanya tidak menurut standar yang pasti, tetapi dengan ukuran tradisionil. Ukuran tradisionil tersebut dinamakan “kacu”. Kacu ialah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar. Maka yang disebut “sekacu” ialah ukuran perseginya mori, diambil dari ukuranlebar mori tersebut. Jadi panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBzf9I8CuYo1YErLartNdFJBYiSV2S5c_btOFxKN-1vXeacMtrj5I4lVLY4FImiVGgssqjagLeLq877dcMTG391nH9MJeRlg0CkhYmGq4JR7Yif7I9iHofIWDi4end0y-n1gPsw0WndP0d/s1600/mori.jpg
Kain putih / Mori
2.         Lilin / malam
Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. sebelum digunakan, lillin malam harus dicairkan terlebih dahulu dengan cara  dipanaskan di atas kompor atau pemanas lain. Malam yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan . Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis berfungsi untuk menahan warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak dikehendaki. Sedangkan bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak ditutupi lilin.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2e5v6EKVrbsS0FELi_Whh7hV5f3YW6XQHPYNG6aKNJfFwoz5fQlZh5GxpF0mFVAdU64MRekza_BXFEAn9pzTplnEm0eNPazs69ys1NfqT_XciZxtwEiACidHG0xK2HQ1rBiBO2kgEwkn7/s1600/malam.jpg
Lilin / Malam
3.         Pewarna Batik
Pewarna batik yang digunakan setiap daerah berbeda-beda. Pewarna tersebut berasal dari bahan-bahan yang terdapat di daerah tersebut. Di Kebumen misalnya,pewarna batik yang digunakan adalah pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning. Di Tegal digunakan pace atau mengkudu, nila, dan soga kayu
obat pewarna batikhttp://finunu.files.wordpress.com/2011/01/pewarna-batik-alam.jpg?w=300&h=225
Pewarna Batik
Adapun juga peralatan untuk membatik, sebagai berikut:
1.         Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bamboo. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.
Gawangan berbentuk menyerupai gawang dengan dua kaki di kanan dan kiri yang berfungsi sebagai penyangga sebuah bilah atau pilar. Kadang-kadang jumlah pilar atau bilah lebih dari satu. Tinggi gawangan sekitar 50 cm dan panjang bilah sekitar 1 meter. Gawangan  biasanya terbuat dari bahan besi, kayu, atau bamboo.
Gawangan
Gawangan
2.         Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok    bandul  adalah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin, atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja.
3.         Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik. Canting berfungsi semacam pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya Bentuk canting beraneka ragam, dari yan berujung satu hingga beberapa ujung. Canting yang memiliki beberapa ujung berfungsi untuk membuat titik dalam sekali sentuhan. Sedangkan canting yang berujung satu berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan sebagainya. Canting terdiri dari tiga bagian. Pegangan canting terbuat dari bambu. Terdapat mangkuk sebagai tempat lilin malam, serta ujung yang berlubangsebagai ujung pena tempat keluarnya lilin malam.
        Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Sebelum bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah tangga, pada awalnya banyak yang menggunakan canting yang terbuat dari tempurung kelapa . Dewasa ini canting tempurung kelapa sudah jarang terlihat lagi karena digantikan bahan lain seperti plastik. Canting untuk membatikpun perlahan digantikan dengan teflon.
https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQNS8rk9F_DYSbRZG_oLoJcbQFWNXqS2K0NWcHib82rGJcL_spRoA
Canting
4.         Wajan
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTZMmw6n2EFSw4W5RSNsU4s_Zn7CtmvLcMaLfx5pI6tcfctuMu0Wajan ialah perkakas yang digunakan  untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
           




Wajan
5.         Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api untuk memanaskan lilin malam. Kompor yang biasa digunakanadalah kompor dengan bahan bakar minyak.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWeXZinTDbfRSV-G13MmlZMqJjMQQPFqGXcudyjkTTvMWxTFi7z3YRLCkRGJxO40BeYQL5qWpVS1G8lDEyZ7-8m4MWagdHaZ0OozHgBnXLEYoV7061Crsq1iAi1hmO0SExUbHnKx-vfQ/s1600/anglo.jpg
Kompor
6.         Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya.
Jika “malam” disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya “malam” pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
7.         Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan  “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
8.         Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif  batik  yang akan dibuat. Ukuran pola ada dua macam. Pola A ialah pola yang panjangnya selebar mori.Pola B ialah pola yang panjangnya sepertiga mori, atau sepertiga panjang pola A. jika pola A 1/4 kacu, ola B 1/12 kacu; Pola A ½ kacu, pola B 1/6 kacu. Yang dimaksud pola ¼, ½ atau 1/3    kacu ialah lebar pola 1/4, ½, atau 1/3 ukuran sebuah sisi sekacu mori. Tetapi ukuran pola A dan B sering tidak seperti yang dikatakan di atas, karena masing-masing. Tidak digunakan dalam selembar mori, atau karena ukuran lebar mori tidak selalu sama.
9.         Kemplongan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXxgi2W0KZ2qunIFphhMdE777jCYG546mFkBqGYtBeLPkQ1y61hBZ1D_0167OEix4XQG8PD6Fe6b6TcKloLO3QQ5vpdpygd37vzH-hoSxjlUhPC4JkDkSTqOIqZVXcr21pg5yvhO8VYQ/s1600/Kemplongan.jpgYaitu alat yang berbentuk meja, terbuat dari kayu dan pemukul yang berbentuk palu. Alat ini fungsinya untuk mengahaluskan kain mori sebelum kain tersebutmulai digambari motif lalu dibatik.




Kemplongan
10.     Dingklik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPPPWgSpXoXsu6NQnLFNLUIOEvsZrtejhNYrCdVQyyxOcfX8a4ES-vQpkJwk5KQAYgKvW3rC4FrestwUHrHUOADVtwvNLUujeVmi0Qp47OXQN6AuCJloJMeXJLixV8Rz9FyqS-6gdB8Q/s1600/dingklik.jpgYaitu bangku untuk tempat duduk pembatik.Tinggi bangku ini disesuaikan dengan tinggi pembatik agar mereka merasa nyaman ketika membatik,tidak terlalu membungkuk.



F.       Langkah-langkah Membatik
  Langkah-langkah dalam membatik adalah sebagai berikut:
1.         Desain, adalah menggambar pola hias pada kertas gambar. Setelah itu gambar pola hias tadi dipindahkan ke kain dengan menggunakan pensil gambar.
2.         Persiapan
Hal-hal yang perlu disiapkan dalam membatik adalah bahan atau kain yang sudah digambari, lilin, pewarna, serta alat berupa canting, kuas, wajan, dan kompor atau anglo. Pertama kompor dinyalakan kemudian wajan diletakkan di atasnya, setelah itu masukkan lilin ke dalam wajan. Tunggu hingga lilin mencair.
3.         Proses, Proses membatik terdiri dari beberapa langkah, yaitu sebagai berikut:
a.       Lilin yang sudah mencair diambil dengan canting,
b.      Menuangkan lilin dalam canting melalui carat di atas permukaan kain sesuai dengan garis gambar. Kalau perlu, carat ditiup agar lilin tidak menyumbatnya
c.       Kain diberi isen-isen (isian yang berupa titik, garis, bidang, tekstur) dengan lilin
d.      Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan gara
e.       Kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna pertama
f.       Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam
g.       Kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna kedua
h.      Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam
i.        Kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna ketiga
j.        Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam. Mewarnai batik dimulai dari warna yang paling muda menuju warna yang paling tua (kuning, jingga, hijau, biru, merah, coklat, merah hati, hitam). Jika menghendaki satu warna saja, cukup dicelup satu kali saja
k.      Kain dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih dan soda abu untuk melarutkan lilin
l.        Menghilangkan lilin yang melekat pada kain dengan setrika yang beralaskan kertas Koran
m.    Kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah itu dilipat dengan baik.
G.      Proses Pewarnaan Batik
Kain dicelup dalam pewarna. Butuh proses berulang kali hingga hasil tercapai. Pewarnaan dapat dilakukan higga 30 kali. Penggarapan warna yang baik memakan waktu 15 hari dengan 3 macam pewarnaan perhari. Bahan pewarna biasanya naptol dingin dan indigisol. Pewarna naptol terdiri dari dua jenis, yaitu pewarna (naptol) dan pembangkit warna (garam diazo). Keduanya apabila telah dilarutkan tidak boleh dicampur.
Tahap pewarna dengan naptol:
a.       Kain yang telah dimalam dibasahi dengan larutan TRO (Turkish Redd Oil). TRO berbentuk serbuk putih seperti detergen. Setelah itu kain diletakan di gawangan agar air menetes (jangan diperas). Proses ini berfungsi membuka serat kain agar mudah diwarnai. Sambil menunggu kain yang dibasahi TRO tuntas, larutan naptol dan garam diazo disiapkan. Larutan serbuk naptol dan kaustik soda (NaoH) dicampur dengan air panas. Kaustik yang masih bagus berwarna putih, keras dan berbentuk serpihan kasar. Setelah tercampur, dijadikan satu dengan larutan TRO, lalu diaduk sampai merata dan tambah 1 liter air dingin.
b.      Kain yang sudah kering kemudian dicelup dengan larutan naptol. Setelah merata, kain diangkat untuk ditiriskan.
c.       Sambil menunggu kain selesai, garam dianzo bisa dilarutkan. Garam yang masih berupa serbuk dilarutkan dengan sedikit air dingin dan aduk sampai semuanya larut dalam air. Setelah itu ditambah 1 liter air dingin dan diaduk hingga merata.
d.      Kain yang sudah selesai ditiriskan kemudian dicelup ke dalam larutan garam dianzo. Pada tahap ini, warna yang diinginkan akan tampak. Apabila masih pekat, bisa dilakukan pencelupan ulang (dengan pembilasan terlebih dahulu).
Tahap pewarnaan dengan indigasol:
a.       Kain yang akan digunakan dicelup pada air bersih.
b.      Dilarutkan indigasol sebanyak 250 gram yang akan digunakan dengan sedikit air kurang lebih 250 ml dan diaduk hingga rata.
c.       Buat larutan  nitrit 250 gram ditambah air panas kurang lebih 10 ml.
d.      Larutan nitrit yang selesai kemudian dicampur dengan larutan indigasol, kemudian diaduk hingga merata.
e.       Saat akan mencelup, larutan yang telah bercampur kemudian ditambah 800 ml air dingin, lalu diaduk.
f.       Buat larutan HCL, yang kemudian dicampur dengan air. (Perbandingan : untuk melarutkan 10 cc HCL, dilarutkan dengan 10 liter air dingin). Ketika menuangkan dan mengaduk HCL harud dilakukan dengan hati-hati.
g.      Masukkan kain ke dalam larutan selama 5 menit.
h.      Setelah direndam kemudian kain dijemur di bawah terik matahari sambil sesekali dibalik agar warna muncul. Jangan terlalu lama menjemur karena malam akan meleleh.
i.        Kain kemudian dicelup pada larutan HCL. Pastikan seluruh permukaan kain yang diwarnai telah tercelup ke dalam larutan HCL.
Penghilangan malam/ pelorodan
a.       Setelah pengulangan warna dilakukan, selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan. Caranya adalah merebus kain batik yang sudah diwarnai hingga malam mencair. Malam yang sudah mencair akan mengapung di permukaan. Usai direbus, kain dicuci lagi. Namun pada kain sutera, tekniknya berbeda karena memerlukan malam dan bahan pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain suteranya. Tahap-tahapnya seperti:
b.      Masak air sampai mendidih, masukkan kanji atau abu soda.
c.       Kain yang dilorot dimasukkan ke dalam air yang sudah mendidih.
d.      Aduk dan balik kain di dalam rebusan.
e.       Kain diangkat setelah itu dimasukkan ke air dingin.
H.      Manfaat yang diperoleh dari Workshop Membatik
Manfaat yang saya peroleh dari workshop membatik yaitu saya bisa mengetahui bagaimana proses pembuatan batik, mengetahui macam-macam batik dan saya bisa praktik membatik. Membatik sangat memerlukan kesabaran dan ketlatenan. Dengan membatik, kesabaran dan ketlatenan kita akan terlatih.






























BAB III
KESIMPULAN

Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, merupakan hasil perpaduan antara seni dan teknologi para leluhur yang sangat tinggi nilainya. Batik merupakan citra ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia yang mencirikan kerumitan dan kehalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan.
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga mempunyai batik. Kita harus bisa membuat batik dan kita harus melestarikan warisan budaya luhur dengan baik. Batik harus dijaga agar tetap menjadi budaya bangsa Indonesia.





















Daftar Pustaka

2.      http://Batik-WikipediabahasaIndonesia,ensiklopediabebas.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar