BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Batik adalah hasil karya bangsa
Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, merupakan hasil perpaduan antara
seni dan teknologi para leluhur yang sangat tinggi nilainya. Batik merupakan
citra ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia yang mencirikan kerumitan dan
kerhalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan canting yang dilukiskan.
Karena mempunyai seni tinggi, maka batik Indonesia diakui oleh dunia sebagai
batik yang betul-betul sempurna keindahannya, baik mengenai desain maupun
proses pembuatannya (Ampri Helmy dan Mujiyono, 1992:61.
Seni tradisi yang mempunyai bentuk dan
aspek visual yang unik dan menarik bagi siapa saja yang melihat batik akan
terpesona oleh keindahan coretan motif-motif yang menghiasi kain yang ditorehkan
dan ditata sedemikian rupa. Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni
tingggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia di wilayah Jawa pada
khususnya.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada waktu itu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi batik?
2. Bagaimana
sejarah batik?
3. Bagaiman
teknik membatik?
4. Apa
saja macam-macam motif batik?
5. Apa
saja alat dan bahan untuk membuat batik?
6. Bagaimana
langkah-langkah membatik?
7. Bagaimana
proses pewarnaan batik?
8. Apa
saja manfaat yang diperoleh dari workshop membatik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui definisi batik.
2. Untuk
mengetahui sejarah batik.
3. Untuk
mengetahui teknik membatik.
4. Untuk
mengetahui macam-macam motif batik.
5. Untuk
mengetahui alat dan bahan untuk membuat batik.
6. Untuk
mengetahui langkah-langkah membatik.
7. Untuk
mengetahui proses pewarnaan batik.
8. Untuk
menjelaskan manfaat yang diperoleh pada waktu workshop membatik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu
batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain
dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian
dari kain. Dalam literatur internasional, teknik
ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau
busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif
tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,
teknologi,
serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO
telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi.
Batik
adalah karya seni yang cara penciptaannya melalui proses tutup dan celup.
Proses tutup berarti menutup bagian kain yang dikehendaki menggunakan malam (=
cairan lilin yang digunakan dalam membatik, biasanya berwarna coklat).
Sedangkan proses celup berarti mewarnai kain batik dengan cara dicelup.
Beberapa macam batik secara umum :
Beberapa macam batik secara umum :
- Batik Tradisional adalah karya batik yang dibuat dengan memperhatikan adat istiadat setempat.
- Batik Klasik adalah karya batik yang pernah mencapai puncak kejayaannya melalui proses ratusan tahun.
- Batik Modern adalah karya batik yang dibuat dengan sudah tidak memperhatikan lagi tata cara adat istiadat (bebas).
B.
Sejarah Batik
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan
perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa.
Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa
kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo
dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman
kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja
berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat
Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal
abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad
ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar
tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah
pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi
alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian
Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk
pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman
dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya
untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh
mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama
kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi
pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.
Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi
pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari
tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon
mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta
garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit, Batik yang telah menjadi kebudayaan di
kerajaan Majapahit ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo
adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan
asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan
perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat
perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman
kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri
dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada
saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama
Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan
oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan
disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka
petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal
diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga
membawa kesenian membuat batik asli.
C.
Teknik
Membatik
1. Teknik
Canting Tulis
Teknik canting tulis
adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting
(Jawa). Canting terbuat dari tembaga ringan dan berbentuk seperti teko
kecil dengan corong di ujungnya. Canting berfungsi untuk
menorehkan cairan malam pada sebagian pola. Saat kain dimasukkan ke
dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna.
Membatik dengan canting tulis disebut teknik membatik tradisional.
Sebagai alat untuk
melukis batik, canting batik dibedakan menjadi beberapa macam, canting batik
menurut fungsinya, canting menurut besar kecilnya cucuk, dan canting batik
menurut banyaknya cucuk atau carat.
2. Teknik Celup
Ikat
Teknik celup ikat
merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain,
kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah diangkat dari
larutan pewarna dan ikatan dibuka bagian yang diikat tidak terkena
warna. Namun kini celup ikat tidak hanya dapat dilakukan dengan cara
dicelup, tapi dapat juga dilakukan dengan cara disiram, disuntik, spray, dan
lain-lain. Celup ikat menggunakan tali, benang, dan karet sebagai bahan
penghambat atau perintang warna. Celup ikat dikenal dibeberapa daerah di
Indonesia dengan nama jumputan, tritik (Jawa Tengah dan Yogyakarta,
Sasirangan (Banjarmasin), dan Pelangi (Palembang).
Umumnya teknik Celup
ikat menggunakan bahan dasar teksil dari serat alam, seperti: katun, sutra,
atau rayon. Selain itu, juga digunakan alat pendukung pembentuk motif, seperti:
kerikil, kelereng, biji-bijian, kayu, plastic,dan jarum jahit.
Pewarna tekstil untuk
Celup ikat menggunakan pewarna sintetik dengan pencelupan dingin. Zat pewarna
sintetik ini dapat diklasifikasikan menjadi jenis pewarna langsung (rapid, procion,
dan rhemazol). Alat untuk proses pewarnaan, antara lain: ember, spray bekas
parfum, bekas botol air mineral dll. Ukuran dan jumlah alat-alat tersebut
disesuaikan dengan jumlah dan jenis pewarna yang akan digunakan.
3. Teknik
Printing
Teknik printing atau
cap merupakan cara pembuatan motif batik menggunakan canting cap.
Canting cap merupakan ke pingan logam atau pelat berisi gambar yang agak
menonjol. Per mukaan canting cap yang menonjol dicelupkan dalam
cairan malam (lilin batik). Selanjutnya, canting cap dicapkan pada
kain. Canting cap akan meninggalkan motif. Motif inilah yang
disebut klise. Canting cap membuat proses pemalaman lebih cepat.
Oleh karena itu, teknik printing dapat menghasilkan kain batik
yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.
Berbeda dengan batik
cap, batik sablon printing ini hanya satu sisi kain mori saja yang mengalami
proses pewarnaan. Sehingga warna dari batik sablon printing ini relatif lebih
mudah pudar. Kelebihan dari batik sablon printing adalah kecepatan dalam produksinya,
karena sekali cetak satu warna hanya membutuhkan waktu 5 menit dengan hasil
sesuai dengan ukuran plangkan yang digunakan. Selain itu motif batiknya juga
bisa lebih detail. Teknik batik sablon printing umumnya digunakan oleh produsen
batik untuk memenuhi seragam dalam jumlah yang cukup besar, sehingga biaya
produksinya bisa lebih hemat.
4. Teknik Colet
Batik Tulis
Warna. Motif batik juga dapat dibuat dengan teknik colet. Motif yang
dihasilkan dengan teknik ini tidak berupa klise. Teknik colet biasa disebut
juga dengan teknik lukis, merupakan cara mewarnai pola batik dengan cara
mengoleskan cat atau pewarna kain jenis tertentu pada pola batik dengan
alat khusus atau kuas. Hasil karya dari batik colet sangat di
pengaruhi oleh cita rasa, kreatifitas dan ketelatenan (skill) maupun kombinasi
warna dari pelukis batik ini. Ketika semakin kecil, rumit dan detil
gambar(warna) yang di hasilkan oleh pelukis batik, dengan sendirinya akan
semakin tinggi nilai seni dan nilai jual dari batik colet ini(jangan heran kalau
anda melihat harga sebuah karya batik dengan harga yang begitu
mencengangkan).
D.
Macam-macam Motif Batik
1.
Batik Cuwiri
Batik Cuwiri merupakan motif batik yang
menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk semekan
dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini kebanyakan
menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-kecil dan
diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati.
Motif
Batik Cuwiri
2.
Batik Kraton
Batik
Kraton merupakana cikal bakal dari semua jenis batik yang berkembang di
Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat
oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan
kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang “biasa”
seperti motif Batik Parang Barong, Batik Parang Rusak termasuk Batik Udan
Liris, dan beberapa motif lainnya.
Motif
Batik Kraton
3.
Batik Sekar Jagad
Motif
Sekar Jagad adalah salah satu motif batik khas Indonesia. Motif ini mengandung
makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona.
Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata
“kar jagad” yang diambil dari bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga
motif ini juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.
Motif Batik Pringgondani
5. Batik Kawung
Yang menjadi ciri khas dari motif Kawung adalah
berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap
sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif
ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat
lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur
panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan
besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu.
Motif
Batik Kawung
6. Batik Sida Luhur
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan
motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti
jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida”
mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Motif Sida Luhur
(dibaca Sido Luhur) bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan
dapat menjadi panutan masyarakat.
Motif Batik Sida Luhur
7. Batik Sida Asih
Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan
motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti
jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan “sida”
mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai. Makna dari motif
Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah harapan agar manusia mengembangkan rasa
saling menyayangi dan mengasihi antar sesama.
Motif Batik Sido Asih
8. Batik Semen Rama
Penjelasan : dimaknai sebagai penggambaran dari
“kehidupan yang semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat
beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah
ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang
berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti
garuda, burung dan megamendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang
berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament
tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana.
Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat
manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah
tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka.
Motif
Batik Semen Rama
9. Batik Sida Mukti
Sida Mukti merupakan motif batik yang biasanya terbuat dari
zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai kain dalam upacara
perkawinan. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah gurda. Motif-motif
berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para
pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian,
motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias
tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Motif Batik Sido Mukti
10. Batik Tambal
Tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau
memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus
memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu,
kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit.
Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif
tambal. Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada sesuatu
“yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu “ditambal”.
Motif Batik Tambal
E.
Alat
dan Bahan Membuat Batik
Berikut
ini adalah bahan untuk membuat batik:
1.
Kain
Putih / Mori
Pada awal kemunculannya, yang digunakan
sebagai bahan batik adalah kain hasil tenunan sendiri. Kemudian sejak
sekitar abad ke-19 mulai digunakan kain putih impor. sekarang ini dapat dengan
mudah mendapatkan kain putih dengan harga terjangkau. Jenis kain yang dapat
digunakan pun beraneka ragam, dari jenis kain mori sampai jenis sutera. Ukuran
pun tidak harus lebar, cukup dengan ukuran kecil.
Bahan baku yang biasa digunakan untuk
batik adalah Mori. Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun.
Kualitas mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik
buruknya mutu batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan sesuai dengan panjang
pendeknya kain yang dikehendaki. Ukuran panjang pendeknya. mori biasanya tidak
menurut standar yang pasti, tetapi dengan ukuran tradisionil. Ukuran
tradisionil tersebut dinamakan “kacu”. Kacu ialah sapu tangan, biasanya
berbentuk bujur sangkar. Maka yang disebut “sekacu” ialah ukuran perseginya
mori, diambil dari ukuranlebar mori tersebut. Jadi panjang sekacu dari suatu
jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis lain.
Kain putih / Mori
2.
Lilin
/ malam
Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk
membatik. sebelum digunakan, lillin malam harus dicairkan terlebih dahulu
dengan cara dipanaskan di atas kompor atau pemanas lain. Malam yang
dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam atau lilin biasa. Malam untuk
membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas
ketika proses pelorotan . Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis
berfungsi untuk menahan warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian
yang tidak dikehendaki. Sedangkan bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak
ditutupi lilin.
Lilin
/ Malam
3.
Pewarna
Batik
Pewarna
batik yang digunakan setiap daerah berbeda-beda. Pewarna tersebut berasal dari
bahan-bahan yang terdapat di daerah tersebut. Di Kebumen misalnya,pewarna batik
yang digunakan adalah pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna
merah kesemuan kuning. Di Tegal digunakan pace atau mengkudu, nila, dan soga
kayu
Pewarna Batik
Adapun juga peralatan untuk membatik, sebagai
berikut:
1.
Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk
menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari
bahan kayu, atau bamboo. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah
dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.
Gawangan berbentuk menyerupai gawang
dengan dua kaki di kanan dan kiri yang berfungsi sebagai penyangga sebuah bilah
atau pilar. Kadang-kadang jumlah pilar atau bilah lebih dari satu. Tinggi
gawangan sekitar 50 cm dan panjang bilah sekitar 1 meter. Gawangan biasanya terbuat dari bahan besi, kayu, atau
bamboo.
Gawangan
2.
Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu,
atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul adalah
untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin,
atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja.
3.
Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk
memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik. Canting berfungsi
semacam pena, yang diisi lilin malam cair sebagai tintanya Bentuk canting
beraneka ragam, dari yan berujung satu hingga beberapa ujung. Canting yang
memiliki beberapa ujung berfungsi untuk membuat titik dalam sekali sentuhan.
Sedangkan canting yang berujung satu berfungsi untuk membuat garis, lekukan dan
sebagainya. Canting terdiri dari tiga bagian. Pegangan canting terbuat dari
bambu. Terdapat mangkuk sebagai tempat lilin malam, serta ujung yang
berlubangsebagai ujung pena tempat keluarnya lilin malam.
Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Sebelum bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah tangga, pada awalnya banyak yang menggunakan canting yang terbuat dari tempurung kelapa . Dewasa ini canting tempurung kelapa sudah jarang terlihat lagi karena digantikan bahan lain seperti plastik. Canting untuk membatikpun perlahan digantikan dengan teflon.
Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Sebelum bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah tangga, pada awalnya banyak yang menggunakan canting yang terbuat dari tempurung kelapa . Dewasa ini canting tempurung kelapa sudah jarang terlihat lagi karena digantikan bahan lain seperti plastik. Canting untuk membatikpun perlahan digantikan dengan teflon.
Canting
4.
Wajan
Wajan ialah perkakas yang digunakan untuk mencairkan
“malam”. Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya
bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan
alat lain.
Wajan
5.
Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api untuk
memanaskan lilin malam. Kompor yang biasa digunakanadalah kompor dengan bahan
bakar minyak.
Kompor
6.
Saringan
“malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam”
panas yang banyak kotorannya.
Jika “malam” disaring, maka kotoran
dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya “malam” pada cucuk canting
sewaktu dipergunakan untuk membatik.
7.
Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si
pembantik supaya tidak kena tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup,
atau waktu membatik.
8.
Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori
ukuran tertentu sebagai contoh motif batik yang akan dibuat. Ukuran
pola ada dua macam. Pola A ialah pola yang panjangnya selebar mori.Pola B ialah
pola yang panjangnya sepertiga mori, atau sepertiga panjang pola A. jika pola A
1/4 kacu, ola B 1/12 kacu; Pola A ½ kacu, pola B 1/6 kacu. Yang dimaksud pola
¼, ½ atau 1/3 kacu ialah lebar pola 1/4, ½, atau 1/3 ukuran
sebuah sisi sekacu mori. Tetapi ukuran pola A dan B sering tidak seperti yang
dikatakan di atas, karena masing-masing. Tidak digunakan dalam selembar mori,
atau karena ukuran lebar mori tidak selalu sama.
9.
Kemplongan
Yaitu alat yang berbentuk meja, terbuat dari kayu dan pemukul
yang berbentuk palu. Alat ini fungsinya untuk mengahaluskan kain mori sebelum
kain tersebutmulai digambari motif lalu dibatik.
Kemplongan
10. Dingklik
Yaitu bangku untuk tempat duduk pembatik.Tinggi bangku ini
disesuaikan dengan tinggi pembatik agar mereka merasa nyaman ketika
membatik,tidak terlalu membungkuk.
F.
Langkah-langkah Membatik
Langkah-langkah dalam membatik adalah sebagai
berikut:
1.
Desain, adalah menggambar pola hias pada kertas
gambar. Setelah itu gambar pola hias tadi dipindahkan ke kain dengan menggunakan
pensil gambar.
2.
Persiapan
Hal-hal yang
perlu disiapkan dalam membatik adalah bahan atau kain yang sudah digambari,
lilin, pewarna, serta alat berupa canting, kuas, wajan, dan kompor atau anglo. Pertama kompor dinyalakan kemudian wajan diletakkan
di atasnya, setelah itu masukkan lilin ke dalam wajan. Tunggu hingga lilin
mencair.
3.
Proses, Proses membatik terdiri dari beberapa
langkah, yaitu sebagai berikut:
a. Lilin
yang sudah mencair diambil dengan canting,
b. Menuangkan
lilin dalam canting melalui carat di atas permukaan kain sesuai dengan garis
gambar. Kalau perlu, carat ditiup agar lilin tidak menyumbatnya
c. Kain
diberi isen-isen (isian yang berupa titik, garis, bidang, tekstur) dengan lilin
d. Kain
dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah
yang berisi larutan gara
e. Kain
ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna pertama
f. Kain
dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah
yang berisi larutan garam
g. Kain
ditutupi dengan lilin pada bidang gambar yang dikehendaki untuk warna kedua
h. Kain
dicelupkan pada wadah yang sudah ada pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah
yang berisi larutan garam
i.
Kain ditutupi dengan lilin pada bidang gambar
yang dikehendaki untuk warna ketiga
j.
Kain dicelupkan pada wadah yang sudah ada
pewarnanya, kemudian dicelupkan pada wadah yang berisi larutan garam. Mewarnai
batik dimulai dari warna yang paling muda menuju warna yang paling tua (kuning,
jingga, hijau, biru, merah, coklat, merah hati, hitam). Jika menghendaki satu
warna saja, cukup dicelup satu kali saja
k. Kain
dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih dan soda abu untuk
melarutkan lilin
l.
Menghilangkan lilin yang melekat pada kain
dengan setrika yang beralaskan kertas Koran
m. Kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah itu dilipat dengan baik.
G.
Proses Pewarnaan Batik
Kain dicelup dalam pewarna. Butuh proses
berulang kali hingga hasil tercapai. Pewarnaan dapat dilakukan higga 30 kali.
Penggarapan warna yang baik memakan waktu 15 hari dengan 3 macam pewarnaan
perhari. Bahan pewarna biasanya naptol dingin dan indigisol. Pewarna naptol
terdiri dari dua jenis, yaitu pewarna (naptol) dan pembangkit warna (garam
diazo). Keduanya apabila telah dilarutkan tidak boleh dicampur.
Tahap pewarna dengan
naptol:
a. Kain yang
telah dimalam dibasahi dengan larutan TRO (Turkish Redd Oil). TRO berbentuk
serbuk putih seperti detergen. Setelah itu kain diletakan di gawangan agar air
menetes (jangan diperas). Proses ini berfungsi membuka serat kain agar mudah
diwarnai. Sambil menunggu kain yang dibasahi TRO tuntas, larutan naptol dan
garam diazo disiapkan. Larutan serbuk naptol dan kaustik soda (NaoH) dicampur
dengan air panas. Kaustik yang masih bagus berwarna putih, keras dan berbentuk
serpihan kasar. Setelah tercampur, dijadikan satu dengan larutan TRO, lalu
diaduk sampai merata dan tambah 1 liter air dingin.
b. Kain yang
sudah kering kemudian dicelup dengan larutan naptol. Setelah merata, kain
diangkat untuk ditiriskan.
c. Sambil
menunggu kain selesai, garam dianzo bisa dilarutkan. Garam yang masih berupa
serbuk dilarutkan dengan sedikit air dingin dan aduk sampai semuanya larut
dalam air. Setelah itu ditambah 1 liter air dingin dan diaduk hingga merata.
d. Kain yang
sudah selesai ditiriskan kemudian dicelup ke dalam larutan garam dianzo. Pada
tahap ini, warna yang diinginkan akan tampak. Apabila masih pekat, bisa
dilakukan pencelupan ulang (dengan pembilasan terlebih dahulu).
Tahap pewarnaan
dengan indigasol:
a. Kain yang
akan digunakan dicelup pada air bersih.
b. Dilarutkan
indigasol sebanyak 250 gram yang akan digunakan dengan sedikit air kurang lebih
250 ml dan diaduk hingga rata.
c. Buat
larutan nitrit 250 gram ditambah air
panas kurang lebih 10 ml.
d. Larutan
nitrit yang selesai kemudian dicampur dengan larutan indigasol, kemudian diaduk
hingga merata.
e. Saat akan
mencelup, larutan yang telah bercampur kemudian ditambah 800 ml air dingin,
lalu diaduk.
f. Buat larutan
HCL, yang kemudian dicampur dengan air. (Perbandingan : untuk melarutkan 10 cc
HCL, dilarutkan dengan 10 liter air dingin). Ketika menuangkan dan mengaduk HCL
harud dilakukan dengan hati-hati.
g. Masukkan kain
ke dalam larutan selama 5 menit.
h. Setelah
direndam kemudian kain dijemur di bawah terik matahari sambil sesekali dibalik
agar warna muncul. Jangan terlalu lama menjemur karena malam akan meleleh.
i.
Kain kemudian dicelup pada larutan HCL. Pastikan
seluruh permukaan kain yang diwarnai telah tercelup ke dalam larutan HCL.
Penghilangan malam/
pelorodan
a. Setelah
pengulangan warna dilakukan, selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan.
Caranya adalah merebus kain batik yang sudah diwarnai hingga malam mencair.
Malam yang sudah mencair akan mengapung di permukaan. Usai direbus, kain dicuci
lagi. Namun pada kain sutera, tekniknya berbeda karena memerlukan malam dan
bahan pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain suteranya. Tahap-tahapnya
seperti:
b. Masak air
sampai mendidih, masukkan kanji atau abu soda.
c. Kain yang
dilorot dimasukkan ke dalam air yang sudah mendidih.
d. Aduk dan
balik kain di dalam rebusan.
e. Kain diangkat
setelah itu dimasukkan ke air dingin.
H.
Manfaat yang diperoleh dari Workshop
Membatik
Manfaat yang saya peroleh dari workshop
membatik yaitu saya bisa mengetahui bagaimana proses pembuatan batik,
mengetahui macam-macam batik dan saya bisa praktik membatik. Membatik sangat
memerlukan kesabaran dan ketlatenan. Dengan membatik, kesabaran dan ketlatenan
kita akan terlatih.
BAB III
KESIMPULAN
Batik
adalah hasil karya bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, merupakan
hasil perpaduan antara seni dan teknologi para leluhur yang sangat tinggi
nilainya. Batik merupakan citra ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia yang
mencirikan kerumitan dan kehalusan ragam hias yang tumbuh melalui goresan
canting yang dilukiskan.
Sebagai bangsa Indonesia, kita harus
bangga mempunyai batik. Kita harus bisa membuat batik dan kita harus
melestarikan warisan budaya luhur dengan baik. Batik harus dijaga agar tetap
menjadi budaya bangsa Indonesia.
Daftar
Pustaka
2. http://Batik-WikipediabahasaIndonesia,ensiklopediabebas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar