Jumat, 27 Desember 2013

Makalah Iman Kepada Rasul




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman kepada Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan Rasul,mulai dari Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad SAW. Merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu tujuan yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat atau hukum tertentu yang kemudian disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu,kita sebagai seorang muslim,wajib beriman atau mempercayai kepada para Rasul utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang di bawa oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga akhirat.
Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya mengetahui tentang pengertiannya saja itupun hanya terbatas, tanpa mengetahui akan pemahamnnya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang kita jalani atau di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan wajib mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari iman kepada Rasul?
2.      Bagaimana cara mengimani para Rasul?
3.      Apa saja mukjizat para Rasul?
4.      Apa dampak mengimani para Rasul?
           C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui definisi iman kepada para Rasul.
2.      Mengetahui bagaimana cara mengimani para Rasul.
3.      Mengetahui mukjizat para Rasul.
4.      Mengetahui dampak mengimani para Rasul.



BAB II
PEMBAHASAN

     A.    Definisi Iman kepada Rasul
Secara etimologis Rasul berasal dari kata ar-sa-la yang artinya mengutus. Setelah dibentuk menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang seortang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara terminologis Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila diiringi atau diikuti dengan kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu (ar-risalah) maka disebut dengan Rasul. Setiap Rasul itu Nabi, namun tidak setiap Nabi itu Rasul (Al-Jazairy,1978, hal. 258-259).
Ar-Rasul merupakan bentuk jamak dari kata “rasul”, yang berarti orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu. Namun yang dimaksud “rasul” disini adalah orang yang diberi wahyu syara’ untuk disampaikan kepada umat.
Sebagaimana manusia lainnya, Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, kawin, punya anak, merasa sakit, senang, kuat, lemah, mati dan sifat-sifat manusiawi lainnya.
Rasul yang pertama adalah Nabiyullah Nuh, dan yang terakhir adalah Nabiyullah Muhammad. Anas bin Malik dalam hadist syafaat menceritakan bahwa Nabi mengatakan, nanti orang-orang akan dating kepada Nabi Adam untuk meminta syafaat, tetapi Nabi Adam meminta maaf kepada mereka seraya berkata, “Datangilah Nuh, Rasul pertama yang diutus Allah…” (Al Bukhari).
Setiap umat tidak pernah sunyi dari Nabi yang diutus Allah yang membawa syariat khusus untuk kaumnya atau dengan membawa syariat sebelumnya yang diperbarui. Para Rasul adalah manusia biasa, makhluk Allah yang tidak mempunyai sedikit pun keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah berfirman tentang Nabi Muhammad sebagai pimpinan para Rasul dan yang paling tinggi pangkatnya disisi Allah. Allah menerangkan bahwa para Rasul mempunyai ubudiyah (penghambaan) yang tertinggi kepada-Nya. Untuk memuji mereka, Allah berfirman tentang Nabi Nuh, “…dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Al Israa: 3).


     B.     Cara Mengimani Rasul
Berikut ini merupakan cara atau unsur mengimani Rasul:
1.      Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’araa 26:105). Walaupun kaum Nuh hanya mendustakan nabi Nuh, akan tetapi Allah menjadikan mereka kaum yang mendustai seluruh Rasul.
2.      Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
3.      Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
4.      Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia. Sehingga ketika telah datang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka wajib bagi ahlu kitab tunduk dan berserah diri pada Islam Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-NisaA’ 4:65)  
       C.    Mukjizat para Rasul
Untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta untuk menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penantang, para rasul dilengkapi oleh Allah SWT dengan mukjizat yaitu keindahan luar biasa (khawari-qul ‘adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Mukjizat para Rasul berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan kecenderungan umat masing-masing atau situasi yang menghendaki. Berikut ini adalah mukjizat para Rasul:
1.      Nabi Ibrahim AS, tidak hangus terbakar didalam api besar yang menyala, bahkan beliau merasakan kenyamanan berada di dalamnya, bukanlah dengan maksud mendemonstrasikan kemampuannya “tahan api”, tetapi memang keadaan waktu itu yang menyebabkan Allah memilihkan mukjizat ini untuk Ibrahim Khalilullah.
2.      Mukjizat Nabi Musa antara lain membelah lautan dengan tongkat, lalu terbentang jalan raya ditengahnya, atau sebelumnya tongkat menjadi ular besar yang melahap habis ular-ular tukang sihir suruhan Fir’aun, memang sesuai dengan tantangan dan situasi yang dihadapi oleh Musa Kalimullah waktu itu.
3.      Mukjizat nabi Isa AS, bias menyembuhkan bermacam-macam penyakit berat yang tidak mampu disembuhkan oleh “dokter-dokter ahli” waktu itu sesuai dengan kecenderungan dan prestasi pengobatan masa itu.
4.      Nabi Muhammad SAW, di samping mukjizat yang bissiyah (inderawi) seperti keluar air dari sela-sela jari-jarinya untuk keperluan para sahabat berwudhu, beliau dilengkapi dengan mukjizat yang abadi sepanjang zaman yaitu kitab suci Al-Qur’an. Hal itu sesuai dengan tugas beliau sebagai Rasul untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman nanti, berbeda dengan Rasul-rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk umat dan masa tertentu saja.
Kejadian luar biasa (khawariqul ‘adah) bisa juga terjadi pada orang-orang shaleh yang sangat dekat dengan Allah SWT atau yang lazim disebut Waliullah seperti makanan yang selalu tersedia di Mihrab tempat Maryam ibunda ‘Isa berada, padahal tidak ada yang mengantarkannya. Tatkala hal itu ditanyakan oleh Zakariya, Maryam menjelaskan bahwa makanan itu dari Allah SWT.
Kalau terjadi pada diri Nabi dan Rasul disebut mukjizat, tapi kalau terjadi pada waliullah dinamakan Karamah (keramat).
Baik mukjizat atau karamah kedua-duanya hanya semata-mata pemberian Allah SWT, sama sekali tidak bisa diusahakan atau dipelajari, apalagi diajarkan. Datangnya pun tidak bisa diduga, dan hal yang sama belum tentu terjadi dua kali. Kalau mukjizat dimaksudkan untuk membuktikan kenabian dan kerasulan serta untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh para Nabi dan Rasul, maka karamah dimaksudkan untuk memuliakan para kekasih Allah tersebut.
Selain daripada itu, segala bentuk kejadian luar biasa digolongkan kepada ilmu yang bisa benar dan bisa salah: bisa sebernarnya terjadi dengan sebab-sebab yang tidak diketahui oleh orang yang menyaksikannya atau hanya semacam tipuan atau sulap yang tidak mengubah kenyataan sedikitpun, seperti halnya tali-tali yang disihir oleh tukang sihir suruhan Fir’aun sehingga menjadi ular-ular, pada hakikatnya tali itu tetap tali, Cuma dengan ilmu yang  dimiliki oleh tukang sihir tersebut seolah-olah tali-tali tersebut terlihat sebagai ular beneran.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa kesaktian yang dimiliki orang-orang tertentu yang bisa dipertontonkan, bisa diajarkan dan bisa pula dipelajari, bukanlah karamah atau keramat, karena karamah tidak bisa dimiliki, tidak bisa dipelajari, apa lagi diajarkan.
       D.    Dampak Mengimani para Rasul
1.      Mengetahui rahmat serta perhatian Allah swt kepada hamba-hamba-Nya, sehingga mengutus para rasul untuk membimbing mereka ke Allah. serta menjelaskan bagaiamana cara beribadah kepada Allah, karena memang akal manusia tidak bisa mengetahui hal itu dengan sendirinya.
2.      Mensyukuri  nikmat Allah  yang amat besar ini.
3.      Mencintai para rasul,  mengagungkannya, serta memujinya,  karena mereka hanya menyembah Allah, menyampaikan risalah-Nya, dan menasehati hamba-Nya.







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Beriman kepada Rasul Allah merupakan hal yang wajib dan patut diketahui oleh setiap umat muslim di seluruh dunia. Pengertian beriman kepada rasul allah berarti adalah kita harus mengimani atau mempercayai adanya rasul-rasul allah.
Pengertian Rasul adalah Rasul adalah lelaki pilihan dan yang diutus oleh Allah dengan risalah kepada manusia. Rasul merupakan yang terbaik diantara manusia lainnya sehingga apa yang dibawa, dikatakan dan dilakukan adalah sesutu yang terpilih dan mulia dibandingkan dengan manusia lain.
Jadi, beriman kepada rasul-rasul allah merupakan hal yang sangat berharga dan patut dipelajari. Karena, selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat juga memberikan pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat. Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan menerapkannya di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada rasul-rasul allah agar kita dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya, dan mendapat kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.


Daftar Pustaka

1.      Ilyas, Yunahar. 1992. Kuliah Akidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPII).
2.      Sabiq, Sayid. 1986. Akidah Islam (Ilmu Tauhid). Bandung: C.V. Diponegoro.
3.      Faqih, Aunur Rahim. 1997. Akidah Islam. Yogyakarta: UII Pers.
4.      Basyir, Ahmad Azhar. 1990. Pendidikan Agama Islam 1 (Aqidah). Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Hukum UII.



1 komentar:

  1. M&M Casino & Hotel | D&D
    Play and win with casino games from the best providers at D&D! Whether you're 안성 출장마사지 looking for a fun gaming experience, casino games 구리 출장마사지 to 거제 출장안마 M&M Casino 익산 출장샵 and Hotel 광주 출장샵 - Las Vegas, Nevada

    BalasHapus